Rabu, 25 November 2009

Perempuan Lajang Rasa Strawberry (part 1)


Perempuan Lajang Rasa Strawberry (part 1)
oleh: Meri Mariani

Perempuan Lajang Rasa Strawberry? Apa pula ini? Tau khan rasa strawberry? Manis, asem, sepet-sepet kecut kayak gitu lah, tapi enak saja kalau dinikmati rasa manisnya tapi tak jarang juga mengganggu lidah karena asemnya itu kecuali kalau dimakan di siang hari yang panas dan dalam keadaan kepala pusing ya tetap jadi menikmati khan keasemannya? Terus apa korelasinya dengan perempuan lajang? Ya ada doong kalau di sambung-sambungin mah hehhe. Yep betul! Tak jauh dari masalah j.o.d.o.h. Tapi di sini saya mencoba lebih menyoroti dari sudut pandang seorang perempuan (secara gw ini asli perempuan lho), akhwat, wanita atau apapun sebutannya, dan IKHWAN, laki-laki, pria, KUDU TAU tentang hal ini!
Sebenarnya sudah cukup lama wacana tentang ini memenuhi jejaring otakku, tapi baru muncul lagi kepermukaan tatkala terispirasi dari fenomena akhir-akhir ini yang lagi marak-maraknya, acara walimahan/pernikahan beberapa waktu lalu saat saya menghadiri beberapa teman (yang lebih muda umurnya dan yang sepantar dengan saya) melangsungkan perayaan cintanya. Yaah saya nikmatin saja, namun sepanjang acara berlangsung saya tetep mikir (kapan giliran gw??!! ;D gak lah). Saya hanya berfikir, bagaimana perasaan perempuan lajang yang sudah cukup umur dan mendesak untuk menikah?? dan salah satunya sang akhwat yang sedang duduk di pinggir saya saat itu.

Menjadi perempuan lajang di usia yang matang memang kurang nyaman, karena bagaimanapun kebutuhan menikah merupakan bagian dari fitrah, yaa kalau belum terpenuhi wajar saja lah kalau jiwa belum merasa tentram, terasa di goncang-goncang dikit gitu lah rasanya (emang lo kate ombak banyu mel ;p) walaupun tentu saja ada yang merasa biasa-biasa saja, namun back to fitrah, akuilah! Belum lagi paradigma dan budaya yang berkembang di masyarakat yang cukup memojokan perempuan lajang ini dengan sebutan yang kurang enak di kuping (tak perlu di sebutkan lah ya) pun untuk seiprit kalimat tanya “kapan nikah nih?” jangan dikira itu pertanyaan biasa lho, widih kalau di tanya pada perempuan lajang yang cukup umur, tak jauh beda lah rasanya sama disenggol sama golok, nancep! Namun gak diperlihatkan lah, ya paling cuma nyengir-nyengir kuda saja, senyum jawaban paling mudah, biar si penanya gak nanya dengan pertanyaan lanjutan. Namun, tentu saja ada yang merasa biasa-biasa saja, mungkin jiwanya sudah sangat kebal karena seringnya di tanya (hihi kayak saya, ups, padahal saya masih muda lho).

Setiap orang (tidak semua) pasti memiliki keinginan untuk membangun sebuah keluarga, apalagi jelas-jelas dalam rukun bai’at Al’ Amal yang di lontarkan Hasan Al-Banna, pembentukan rumah tangga Islami adalah tiang pancang kedua setelah sebelumnya memperbaiki diri. Jadi begitu pentingnya membentuk sebuah keluarga, kelurga Islami, karena dari sanalah menggelegarnya sebuah peradaban baru, dari perbaikan terus menerus kualitas tiap individu, para anggota keluarga (suami, istri atau anak-anak kita) sehingga keluarganya menjadi pendukung fikrah, memelihara tatakrama Islami dalam segala aspek kehidupan rumah tangganya sehari-hari, dari keluarga kemudian memotivasi masyarakat untuk menyebarkan kebaikan dan memerangi kemungkaran. Selanjutnya memerdekakan negara dengan membersihkan rakyatnya dari berbagai bentuk kekuasaan asing kuffar di berbagi bidang. Lalu memperbaiki pemerintahan sehingga benar-benar menjadi pemerintahan yang Islami. Untuk selanjutnya mengembalikan eksistensi negara-negara Islam dengan memerdekakan negerinya. At last menjadi soko guru (guru dunia) dengan menyebarkan Islam ke tengah-tengah ummat manusia, sehingga tidak ada fitnah lagi dan Dien benar-benar hanya milik Alloh. Hmm indahnya..

Walah, jadi melebar ya, sengaja, biar bisa menjawab opini yang mengatakan bahwa membicarakan pernikahan, cinta, jodoh dan semacamnya bukan hal yang terlalu penting karena banyak hal-hal terkait dakwah, urusan ummat lebih penting, betul memang, tapi masalah seperti ini pun penting, bukan sesuatu hal yang harus di kesampingkan. Setuju? Kembali ke pembicaraan semula, nah semua itu di mulai dari sebuah keluarga khan? masalahnya sekarang, bahwa menikah tidak bisa dilaksanakan secara SEPIHAK!! (lhaiyalah). Menikah memerlukan pasangan yang dalam beberapa keadaan tidak mudah ditemukan, baik karena kriteria yang belum pas, kualitas yang belum terpenuhi, ikhtiar yang belum optimal dan yang pasti karena TAKDIR (ini bukan berarti menyalahkan takdir ya).

Ada beberap kisah sahabat saya yang begitu di mudahkan dalam pertemuan dengan jodohnya walaupun usianya masih muda (di bawah saya), lulus kuliah langsung ada yang melamar, nikah deh, atau kerja dulu gak begitu lama kemudian walimah. Begitulah, seperti terlihat mudah bagi mereka untuk bertemu dengan jodohnya,,kenapa y?? Mungkin karena keinginan mereka untuk segera menikahkah? keterbukaan mereka untuk sedikit lebih berani berproses? atau memang ”banyak” yang datang terhadap mereka? Dan yang pasti karena takdir :D Di satu sisi, saya pun memiliki teman-teman (yang umurnya di atas saya bahkan ada yang jauh di atas saya) sampai saat ini belum menikah. Padahal sudah lulus kuliah, kerja mapan, rupanya pun menarik dan tidak menargetkan pasangan yang terlalu idealis juga. Selalu mencoba berproses tapi gagal, umurnya hampir kepala tiga, kepala empat, masih dalam penantian, kenapa ini?? Hmm ya Alloh, please aku mohon demi Kekuasaan-Mu, jangan biarkan mereka menanti begitu lama lagi,,semakin lama, akhwat-akhwat itu tambah berumur (Loh-loh Mel! nyantai mel, Alloh Maha Tahu apa yang terbaik buat mereka!!okeh! tapi secara manusiawi, lelaki/ikhwan-ikhwan itu pastilah memilih perempuan/akhwat yang lebih muda khan??susah untuk dipungkiri realitas itu!! Tak salah memang).

nyambung yo ke part 2... :)

Sleepless in Bandung (Mimpiku untuk Muslimah)


saat mata tak terpejam namun angan melambung tinggi....

memimpikan kehidupan saudari-saudariku di bumi Alloh ini....

ketika setiap muslimah terjaga kehormatan dan keimanannya.....
ketika perhiasan hijab menjadi sangat menarik hati mereka......

ketika kesetiaan pada suami adalah keikhlasan demi meraih syurgaNya.....
ketika setiap rumah menjadi 'jannah' karena muslimah ada di dalamnya......

ketika kemajuan peradaban dan ketinggian Dien ini adalah karena ia juga berperan didalamnya....
ketika kecintaan mereka akan ilmu melebihi emas permata....

ketika saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran adalah obrolan yang mengasyikan.....
ketika muslimah adalah identitas bagi seluruh kaum hawa.....

wahai saudari-saudariku....
inilah mimpiku.....

semoga menjadi mimpimu jua...